Pada
saatnya nanti, akulah yang akan menyeduhkan kopi hitam kental tanpa
gula kesukaanmu, Bapak, setiap pagi.
Kemudian ketika sore beranjak kan
kupijat betis dan punggung ibu yang yang sering pegal karena seharian
tak jemu dan dengan setia mengajar tarian kehidupan kepada
murid-muridnya.
Dan akan selalu kuingat. Kini bagimu, Bapak, membelikan ku susu adalah hal yang lebih membahagiakan ketimbang meredakan suara denting gelas tukang cendol dan jerit nyaring peluit tukang gulali yang selalu saja mampir di samping kamar kita.
Sementara itu, sambil menunggu saatnya tiba, maukah kau, Bapakku yang
baik, mambuatkanku sebotol susu untuk kureguk. Lalu kau kipasi aku,
seperti biasa kau lakukan untuk menghantarkan ku melelapkan mata dan
telinga sejenak dari hingar-bingarnya dunia.
(Kata anakku sambil memeluk pundak dan kemudian mengecup kedua pipiku... )
0 komentar:
Post a Comment